Pada tahun ini akan kembali diadakan COP yaitu COP 23 di Bonn, Jerman, selama dua minggu 6-17 November 2017. Agenda yang dibahas yaitu terkait tindak lanjut dan evaluasi Paris Agreement tahun 2015 yang disetujui hampir semua negara di dunia, yang tujuan utamanya adalah mencegah kenaikan suhu rata-rata dunia antara 1.5 sampai 2 derajat celcius.
Pada COP 23 ini, yang bertindak sebagai pemimpin adalah delegasi dari Kepulauan Fiji, salah satu pulau yang mendapatkan dampak secara langsung dari perubahan iklim terparah.
Kita berharap agar output COP23 ini bisa lebih memacu pemerintah Indonesia untuk mengurangi dampak perubahan iklim, diantaranya dengan meningkatkan presentase penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) di sektor transportasi dan listrik, pengelolaan limbah dan sampah, serta program-program terkait perbaikan hutan-hutan Indonesia.
Indonesia bisa belajar banyak dari negara-negara skandinavia seperti Denmark, Swedia, dan Norwegia. Ketiga negara tersebut saat ini mempunyai presentase penggunaan EBT cukup tinggi, lebih dari 50%, dan mempunyai target ambisius hingga mencapai level 100% di tahun 2050. Denmark melalui perusahaan energi angin Vestas merupakan negara yang mempunyai leading technology di wind energy. Norwegia adalah negara yang mempunyai presentase penggunaan mobil elektrik tertinggi di dunia. Swedia juga terus meningkatkan penggunaan energi angin dan matahari untuk sumber energinya.
Berikut adalah artikel lain saya yang terkait dengan perubahan iklim.
Perubahan Iklim dan Senyuman Gadis Kecil
Solar Home System For Indonesia
Leave a Reply