Anda tahu minyak jelantah ? Ya, minyak jelantah adalah minyak goreng bekas pakai yang anda biasa gunakan untuk memasak ayam goreng, tahu, tempe goreng, kerupuk, telor dadar, dan lainnya. Setelah anda pakai memasak, biasanya anda membuang minyak jelantah tersebut ke tempat pencucian anda, lalu anda mulai membersihkan penggorengan anda. Pernahkah anda memikirkan, kemana perginya minyak jelantah tersebut selanjutnya ? Minyak jelantah tersebut akan bercampur dengan perairan bebas seperti saluran air depan rumah anda, sungai, danau. Minyak jelantah tersebut akan mencemari perairan sekitar anda. Setiap 1 L minyak jelantah dapat mencemari 1,000 L air bersih. Data di jakarta menyebutkan bahwa lebih dari 390,000 liter minyak jelantah terbuang setiap bulannya. Bisa anda bayangkan berapa banyak air di perairan bebas yang tercemar karena jelantah tersebut ?
Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk mencegahnya ? Sederhana, KUMPULKAN MINYAK JELANTAH KITA DAN BERIKAN KE PERUSAHAAN BIODIESEL. Minyak jelantah ternyata mempunyai kandungan trigliserida yang sangat tinggi. Trigliserida ini dapat diolah menjadi biodiesel melalui reaksi kimia trans estrifikasi. Dengan mereaksikan trigliserida yang ada di minyak jelantah dengan alkohol (contohnya metanol), akan dihasilkan produk biodiesel dan gliserin.
Biodiesel saat ini sedang berkembang pesat di indonesia. Biodiesel adalah bahan bakar mesin diesel yang berasal dari minyak tumbuhan dan hewan. Perkembangan pesat ini didorong oleh kebijakan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan penggunaan biofuel (biodiesel dan bioetanol) menjadi 5% dari total energi di Indonesia pada 2025. Perusahaan BUMN pertamina juga menerapkan kebijakan menaikkan presentase biodiesel dalam produk biosolarnya, dari awalnya 15% (di tahun 2015) menjadi 20% (tahun 2016), yang tentu akan meningkatkan kebutuhan akan biodiesel. Dengan meningkatnya kebutuhan biodiesel, tentu permintaan akan minyak jelantah oleh perusahaan biodiesel sebagai bahan bakunya juga akan bertambah.
  Â
Namun sayangnya, sebagian besar produksi biodiesel di Indonesia masih berasal dari feedstock minyak kelapa sawit. Kelapa sawit sendiri adalah bahan baku yang digunakan banyak industri, utamanya industri makanan, tidak hanya untuk pembuatan biodiesel saja. Maka dengan menggunakan kelapa sawit untuk produksi biodiesel, akan terjadi kompetisi antar industri. Dibandingkan minyak sawit, minyak jelantah yang digunakan sebagai feedstock memiliki keunggulan utama mengubah waste menjadi produk yang mempunyai nilai guna. Secara holistik, proses pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel dapat bermanfaat terhadap pelestarian lingkungan, serta mengembangkan energi yang sifatnya terbarukan. Kelebihan utama dari memproduksi biodiesel menggunakan feedstock minyak jelantah adalah 1) presentase pengurangan emisi CO2 nya paling tinggi, mencapai 86%, dibandingkan solar biasa dan 2) harga feedstock yang sangat murah. Dibandingkan minyak sawit, harga minyak jelantah jauh lebih murah.
Di ibukota Jakarta, sudah ada satu pilot plant biodiesel di daerah Jagakarsa, Jakarta Selatan. Kapasitasnya sekitar 100-200 L per hari. Jika kita peduli terhadap lingkungan perairan kita, ada baiknya kita mengumpulkan minyak jelantah yang biasanya kita buang, untuk diberikan ke perusahaan biodiesel tersebut.
Dalam pelaksanaan program pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel, dibutuhkan PERATURAN yang benar-benar mendukung program tersebut. Karena tanpa peraturan, masyarakat enggan atau sulit terikat untuk menerapkan program tersebut. di Indonesia sendiri, baru ada satu provinsi yang benar-benar mengesahkan peraturan terkait pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel. Provinsi tersebut adalah DKI Jakarta. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 167 Tahun 2016 yang baru disahkan bulan Agustus 2016 lalu secara spesifik mengatur mengenai Pengelolaan Limbah Minyak Goreng. Untuk mengetahui poin-poin yang ada pada peraturan tersebut, dapat mendownload di https://drive.google.com/file/d/0B88AxthgS2SuU0NIby13ZHV3c2s/view
Mari kita terus lestarikan lingkungan, juga meningkatkan penggunaan energi terbarukan. Karena kitalah yang bertugas menjaga kelestarian bumi ini sehingga bisa digunakan anak cucu kita di masa depan.
Leave a Reply